SISTEM ENDOKRIN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sistem
endokrin terlibat dalam semua aspek integratif
kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, dalam hal ini akan
berfokus pada aspek peran endokrin dalam metabolisme.
Kelenjar yang berperan dalam metabolisme diantaranya Kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid dan kelenjar adrenal.
Kelenjar-kelenjar yang berperan dalam metabolisme
ini terletak di kanan dan kiri trakhea untuk kelenjar tiroid dan paratiroid,
sedangkan kelenjar adrenal terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal.
Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling
sedikit dikendalikan empat mekanisme : yaitu sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid
klasik, di mana hormon pelepas-tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis
dan pelepasan dari hormon perangsang-tiroid hipofisis anterior (TSH), yang
kemudian pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan oleh
kelenjar tiroid; kemudian deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi
efek dari T4 dan T3; autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid
sendiri dalam hubungannya dengan suplai iodinnya; dan stimulasi atau inhibisi
dari fungsi tiroid oleh autoantibodi reseptor TSH .
Pada kelenjar paratiroid menghasilkan hormon
paratiroid yang mengatur metabolisme zat kapur dan menegndalikan jumlah zat
kapur di dalam darah dan tulang.
Di korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon
steroid, yang paling penting adalah kortisol, aldosteron dan androgen adrenal.
Dengan mempelajari sistem endokrin yang berperan
dalam metabolisme kita dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja dari
hormon-hormon yang mempengaruihi metabolisme dan gangguan yang diakibatkan dari
kelainan mekanisme kerja hormon.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang permasalahan diatas, dapat di
simpulkan berbagai masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah mekanisme kerja hormon yang
terdapat dalam kelenjar yang berperan dalam metabolisme?
2.
Bagaimanakah gangguan atau kelainan yang
terjadi di kelenjar yang berperan dalam metabolisme?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Makalah ini bertujuan
untuk mengetahui peranan endokrin dalam metabolisme
1.3.2
Tujuan
Khusus
1)
Mengetahui kelenjar yang berperan dalam
metabolisme
2)
Mengetahui kelainan yang disebabkan oleh
kelenjar yang berperan dalam metabolisme
1.4
Manfaat
Makalah ini bermanfaat
untuk menambah pengetahuan kita mengenai sistem endokrin terutama peranannya
dalam metabolisme
BAB II
I S I
2.1
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin terlibat dalam
semua aspek integratif
kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Bab ini berfokus pada
aspek peran endokrin dalam metabolisme.
System endokrin
meliputi:
1.
Reseptor
yang berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh
2.
Integrator
(dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)
3.
Organ
efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel
4.
Hormon
yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel
Ikatan antara
hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor
yang di inginkan.
Hormon umumnya dianggap
sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus
yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target
tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka
adalah modulator respons sistemik dan seluler.
2.1.1
Konsep Utama Hormon:
1)
Hormon
berfungsi sebagai pembawa pesan kimia, bergerak
melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan, atau bertindak lebih
lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu efek lebih lokal.
2)
Kebanyakan
hormon ada dalam cairan tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih
besar atau lebih kecil, tergantung
pada kebutuhan tubuh.
3)
Hormon
bereaksi dengan berinteraksi dengan reseptor afinitas tinggi, yang
pada gilirannya dihubungkan dengan satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa
reseptor hormon yang terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui
mekanisme pembawa pesan kedua, dan
lain-lain berada dalam sel, di mana
mereka demodulasi sintesis enzim, transpor protein, atau
struktural protein.
2.1.2
Klasifikasi Hormon
1)
Peptida/
Protein
Merupakan
kelompok terbesar dan diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian
besar dibentuk sebagi pro hormon peptide yang berasal dari pre pro hormon
menghasilkan pro hormon, kemudian pepetida itu selanjutnya di pecahkan di
apparatus golgi membentuk hormon.
Contoh : peptida, polipeptida, glikoprotein, dan
protein, dapat sekecil thyrotropin releasing hormon
(TRH), yang mengandung tiga
asam amino, sebagian besar dan kompleks sebagai
hormon pertumbuhan (GH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
, yang
memiliki sekitar 200 asam amino. Glikoprotein adalah
hormon peptida besar yang terkait dengan karbohidrat (misalnya, FSH)
2)
Amina
Derivet
asam amino tirosin, yang di sekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar
adrenal (catecholamines).
Contoh : norepinefrin dan
epinefrin, yang berasal dari asam amino tunggal
(yaitu, tirosin), dan hormon tiroid, yang berasal dari dua iodinasi residu
asam amino tirosin.
3)
Steroid
Terdiri dari hormon steroid, yang
merupakan turunan dari kolesterol, tererdifusi melewati membran sel, reseptor dalam sel
4)
Turunan
Asam Lemak
Sekelompok
senyawa yang memiliki aksi mirip hormon
Contoh : Eicosanoids diantaranya asam arakidonat merupakan
prekursor paling penting dan berlimpah dari berbagai eicosanoid. Yang
paling penting dari eicosanoids adalah prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan
Retinoid (misalnya, asam
retinoat) juga berasal dari asam
lemak dan memiliki peran
penting dalam mengatur aksi reseptor inti.
Kelas Hormon Berdasarkan Struktur
|
|||
Amina dan Asam Amino
|
Peptida, polipeptida, dan Protein
|
Steroid
|
Senyawa Asam Lemak
|
Dopamin
Epinefrin
Norepinefrin
Hormon Tiroid
|
Corticotropin-releasing
hormone (CRH)
Growth
hormone–releasing hormone (GHRH)
Thyrotropin-releasing
hormone (TRH)
Adrenocorticotropic
hormone (ACTH)
Follicle-stimulating
hormone (FSH)
Luteinizing
hormone (LH)
Thyroid-stimulating
hormone (TSH)
Growth
hormone (GH)
Antidiuretic
hormone (ADH)
Oxytocin
Insulin
Glucagon
Somatostatin
Calcitonin
Parathyroid
hormone
|
Aldosterone
Glucocorticoids
Estrogens
Testosterone
Progesterone
Androstenedione
1,25-Dihydroxyvitamin
D
Dihydrotestosterone
(DHT)
Dehydroepiandrosterone
(DHEA)
|
Eicosanoids
Retinoid |
Hampir semua peptida dan katekolamin
bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan hormon tiroid bersifat
hidropfobik.
2.1.3
Siklus kerja Hormon :
1)
Hidrofilik,
bereaksi dengan reseptor pada membran dan mengaktifkan pesan kedua ( Second
messenger ), karena tidak dapat menembus dua lapisan lemak yang memebentuk
membran sel. (Gbr. 1, A hidrofolik)
2)
Hidrofobik,
bereaksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus dua lapisan
lipid dari membran sel, umumnya reseptor berperan sebagai faktor transkripsi
dan mempengaruhi ekspresi gen. (Gbr. 1, A hidrofobik)
(Gbr. 1, A
dan B)
|
2.1.4
Pengaturan Sekresi Hormon
1)
Umpan Balik
Negatif
Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk
mempertahankan homeostasis, pengaturan
sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik di-”on atau off”-kan oleh perubahan
fisiologi yang spesifik.
Hormon dapat secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down-
regulation (penurunan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan penurunan sensifitas
pada hormone)
2)
Umpan Balik
Positif
Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor hormon yang
menyebabkan sel lebih sensitif terhadap hormon tertentu, Sangat jarang terjadi.
2.1.5
Pengaturan Metabolisme Oleh hormon
1)
Hormon kelenjar
Tiroid :
a.
Mempertahankan
keseimbangan energi metabolik
b.
Merupakan
pencetus untuk fungsi normal dari semua sel termasuk sel otot janung, dan
c.
Menunjang
proses tumbuh / growth dan perkembangan sejak bayi’
2)
Stimulasi
sekresi hormon Kortisol oleh Korteks Adrenal
a.
Kadar glukosa
darah à Hypothalamus mensekresikan CRH (corticotropin-releasing hormon) à Anterior pituitary cel mensekresikan ACTH (adrenocorticothropic
hormon) Ã Korteks Adrenal mensekresikan Kortisol (dan glukokortikoid
lainnya)
[ Kortisol mencegah uptake glukosa oleh sel – sel otot]
b.
Jalur
pengaturan Umpan Balik Negatif :
a)
Kortisol
menghambat sekresi ACTH oleh Korteks Adrenal
b)
Kortisol juga
menghambat sekresi CRH dari Hypothalamus
3)
Peran pulau –
pulau Langerhans Pankreas dalam Metabolisme :
a.
Sel – sel alfa
mensekresikan glukagon, sedang sel – sel beta menghasilkan insulin.
a)
Insulin
menurunkan kadar glukosa darah melalui pengaktifan sel tertentu untuk uptake
glukosa, merangsang otot dan hati untuk meningkatkan sinteis glikogen (glikogenesis)
dari glukosa.
b)
Glokagon
meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang hati untuk mengubah glikogen
menjadi glukosa dan menstimulasi konversi asam lemak dan asam amino menjadi
glukosa (glukoneogenesis).
c)
Sekresi insulin
dan glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah.
d)
Insulin-glukagon
merupakan sistem tercepat untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas –
batas normal secra ketat
e)
Diabetes
militus :
1.
Type II =
Reseptor insulin tidak dapat mengikat hormon
2.
Type I =
Penurunan jumlah sel – sel beta à kekurangan
insulin, memerlukan suntikan insulin.
2.2
Kelenjar Tiroid
Kelenjar
Tiroid
(Gbr. 2)
|
Kelenjar tiroid, menghasilkan hormon
tiroid dan kalsitonin (dari sel – sel C), yang mengendalikan kecepatan
metabolisme tubuh. (Gbr.3)
(Gbr. 3)
|
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan
metabolisme tubuh melalui 2 cara :
1.
Merangsang
hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2.
Meningkatkan
jumlah oksigen yang digunakan sel
Jika sel – sel bekerja keras, maka
organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid
memerlukan yodium, yaitu satu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan
mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa
yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur ulang untuk kembali
menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme rumit untuk
menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan
thyrotropin-releasing hormon yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating
hormon (TSH), sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam
darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam
jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang ,
maka kelenjar hipofisa akan mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut
mekanisme umpan balik.
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk :
1.
Tiroksin (T4)
merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang
ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2.
Tiroksin
dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu
tri-iodo-tironin (T3). Perubahan sekitar 80 % bentuk hormon aktif, sedangkan
20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 didalam
hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan
tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat
erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat
pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid
yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tatap setabil.
Agar kelenjar tiroid berfungsi
secara normal, maka berbagai faktor harus bekerja sama secara kenar :
1.
Hipotalamus
2.
Kelenjar
hipofisis
3.
Kelenjar
hipofisa
4.
Hormon tiroid
(ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati
serta organ lainnya).
2.2.1
Fungsi dari hormon-hormon tiroid
1)
Mengatur laju
metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena
peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk
otak, lien, paru-paru dan testes
2)
Kedua hormon
ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya
reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat
dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah
menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
3)
Memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
4)
Mempertahankan
sekresi GH dan gonadotropin
5)
Efek
kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.
6)
Merangsang
pembentukan sel darah merah
7)
Mempengaruhi
kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan
oksigen akibat metabolisme
8)
Bereaksi
sebagai antagonis insulin
9)
Tirokalsitonin
mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium
serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum
yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan
kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan
adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Meningkatnya pelepasan hormon tiroid, akan
menyebabkan hipertiroidism, yang juga disebut penyakit Graves.
Gejala penyakit Graves :
1.
Tidak bisa tidur dan gampang lelah
2.
Hipertensi / darah tinggi
3.
Tidak tahan panas
4.
Kehilangan berat badan
2.3
Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior
kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat
buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill
cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid,
mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon (PTH).
Apabila paratiroid dihilangkan atau rusak,
menyebabkan hipokalsemia
2.3.1
Fungsi kelenjar Paratiroid
1)
Kelenjar
paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau parathormon (PTH).
2)
Parathormon
mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh.
3)
Organ targetnya
adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH
mempertahankan reabsorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus
ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi
peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun
akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan
pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di
tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol
sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH
Berikut ini adalah perbedaan antara hormon tiroid dan paratiroid.
2.4
Kelenjar Adrenal
Di dalam tubuh terdapat dua kelenjar
adrenal, masing-masing mempunyai berat ± 4 gram. Kelanjar ini terletak di kutub superior ginjal, secara anatomis kelanjar adrenal dibedakan atas:
2.4.1
Medulla Adrenal
Adrenal medulla adalah kelenjar adrenal
bagian dalam yang menempati 20% dari kelenjar adrenal, ormone-hormon yang dihasilkan adalah:
1)
Epinefrin (80%)
Epinefrin menimbulkan efek yang kurang
lebih sama dengan nor-epinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah:
a.
Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 – 10 kali lebih
besar daripada nor-epinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap jantung juga
menjadi lebih besar.
b.
Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah
dalam otot lebih lemah dibanding nor-epinefrin.
2)
Nor-epinefrin (20%)
Nor-epinefrin yang ada dalam sirkulasi
darah menyebabkan konstriksi seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini menyebabkan
peningkatan aktivitas jantung, penghambatan saluran gastrointestinal, dan
pelebaran pupil mata.
2.4.2
Korteks Adrenal
1)
Zona Glomerolusa
Zona ini secara eksklusif memproduksi
mineralokortikoid, terutama aldosterone, efek aldosteron adalah meningkatkan jumlah
natrium dan menurunkan jumlah kalium dalam cairan ekstraseluler, selama proses
pembentukan urine.
Efek berlebihnya kadar aldosteron:
a.
Menyebabkan hipokalemia, yaitu keadaan menurunnya
konsentrasi kalium dalam plasma darah sampai di bawah nilai normal.
b.
Penderita mengalami kelemahan otot yang berat.
Efek rendahnya kadar aldosteron:
a.
Konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluler
meningkat sampai jauh di atas nilai normal.
b.
Peningkatan 60 – 100% dari nilai normal menyebabkan
keracunan jantung. Peningkatan di atas
itu, menyebabkan gagal jantung.
2)
Zona Fasikulata
Zona ini mensintesis glukokortikoid,
terutama kortisol.
Peran kortisol:
a.
Mengontrol metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak.
b.
Membantu menolak efek destruktif dari stres mental dan
fisik.
Kortisol yang berlebih menyebabkan
timbulnya sindrom Cushin yang ditandai oleh:
a.
Meningkatkan kadar glukosa darah (hiperglikemia),
menurunnya protein, dan meningkatnya timbunan lemak.
b.
Glukosa tercampur dalam urine (glukosuria), mirip dengan DM sehingga disebut ‘Diabetes Adrenal’.
c.
Sebagian glukosa diendapkan sebagai lemak tubuh di
atas bahu dan wajah, sehingga disebut ‘punuk kerbau’ (buffalo hump) dan
‘muka bulan’ (moon face).
3)
Zona Retikularis
Zona ini menghasilkan hormon seks adrenal
(androgen dan estrogen) yang identik dengan yang dihasilkan gonad. Namun
androgen dan estrogen adrenal ini tidak cukup kuat untuk menimbulkan efek
maskulinitas dan feminitas.
Beberapa kelainan terkait dengan
meningkatnya androgen adrenal.
a.
Maskulinitas pada wanita dewasa, tanda-tanda:
1.
Hirsutisme yaitu mengalami pola pertumbuhan rambut
tubuh pria.
2.
Suara berat
3.
Otot lengan dan tungkai berkembang
4.
Payudara mengecil
5.
Menstruasi mungkin terhenti
b.
Pseudohermafroditisme pada bayi perempuan yang
ditandai dengan pertumbuhan genetalia eksternal pria.
c.
Pubertas prekoks pada anak laki-laki pra-pubertas.
1.
Sekresi androgen adrenal tidak disertai dengan pembentukan
sperma atau aktivitas gonad karena testis masih berada dalam status
pra-pubertas non-fungsional.
2.
Gejala pubertas prekoks, antara lain:
a)
Suara menjadi berat
b)
Tumbuh jenggot
c)
Penis membesar
2.4.3 Contoh Regulasi dari
Metabolisme Glukosa selama Olahraga
1)
Sekresi glukagon meningkat selama olahraga untuk
mendorong pemecahan glikogen hati (glikogenolisis)
2)
Kadar kortisol juga meningkat selama olahraga, untuk
katabolisme protein, untuk glukoneogenesis selanjutnya
3)
Hormon pertumbuhan memobilisasi asam lemak bebas
4)
Tiroksin mendorong katabolisme glukosa
5)
Ketika intensitas olahraga meningkat, begitu pula
dengan tingkat pelepasan katekolamin untuk glikogenolisis
6)
Selama olahraga, tingkat pelepasan glukosa, sangat
tepat dengan kebutuhan otot
7)
Ketika kadar glukosa menurun, kadar glukagon dan
kortisol meningkat secara signifikan untuk meningkatkan glukoneogenesis.
8)
Glukosa tidak hanya harus diantar ke sel, tetapi juga
harus diambil oleh sel. Tugas tersebut
dilakukan oleh insulin
9)
Olahraga dapat meningkatkan pengikatan insulin pada
reseptor dalam serabut otot
10) Up-regulation terjadi dengan insulin
setelah 4 minggu olahraga, untuk meningkatkan sensifitasnya
11) Ketika kadar glukosa plasma rendah,
katekolamin dilepaskan untuk mempercepat lipolisis
12) Trigliserida dipecah menjadi asam lemak
bebas oleh lipase, yang diaktivasi oleh:
a)
Kortisol
b)
Epineprin
c)
Norepineprin
d)
Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan atau yang biasa
disebut dengan GH (Growth Hormon) adalah suatu hormon anabolik yang berperan
sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan serta metabolisme tubuh manusia,
antara lain :
1)
Metabolisme
karbohidrat.
Hormon pertumbuhan memiliki efek antagonis terhadap
insulin sehingga meningkatkan kadar gula dalam darah, yang nantinya akan
meningkatkan proses konversi karbohidrat menjadi protein.
2)
Metabolisme
lemak.
Hormon pertumbuhan akan meningkatkan penguraian lemak
tubuh menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga kadar lemak dalam darah
meningkat.
3)
Metabolisme
mineral.
Hormon pertumbuhan meningkatkan kadar kalsium,
magnesium serta fosfat sehingga merangsang pertumbuhan panjang dari tulang
keras dan pertumbuhan tulang rawan terutama pada anak-anak.
Bab iii
penutup
3.1
Kesimpulan
Sistem
endokrin terlibat dalam semua aspek integratif
kehidupan, . Kelenjar yang
berperan dalam metabolisme diantaranya Kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan
kelenjar adrenal.
Kelenjar-kelenjar
yang berperan dalam metabolisme ini terletak di kanan dan kiri trakhea untuk
kelenjar tiroid dan paratiroid, sedangkan kelenjar adrenal terletak di atas
kutub sebelah atas setiap ginjal. Dengan kita mempelajari sistem endokrin
terutama peranannya dalam metabolisme kita bisa mencegah hal-hal yang dapat mengganggu metabolisme
didalam tubuh kita yakni akan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada 20 Septeptember 2012
:
Diakses pada 21 September 2012 :