Kamis, 18 Oktober 2012

PERAN ENDOKRIN DALAM METABOLISME


SISTEM ENDOKRIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, dalam hal ini akan berfokus pada aspek peran endokrin dalam metabolisme. Kelenjar yang berperan dalam metabolisme diantaranya Kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan kelenjar adrenal.
Kelenjar-kelenjar yang berperan dalam metabolisme ini terletak di kanan dan kiri trakhea untuk kelenjar tiroid dan paratiroid, sedangkan kelenjar adrenal terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal.
Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit dikendalikan empat mekanisme : yaitu sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid klasik, di mana hormon pelepas-tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis dan pelepasan dari hormon perangsang-tiroid hipofisis anterior (TSH), yang kemudian pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan oleh kelenjar tiroid; kemudian deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek dari T4 dan T3; autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid sendiri dalam hubungannya dengan suplai iodinnya; dan stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh autoantibodi reseptor TSH .
Pada kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid yang mengatur metabolisme zat kapur dan menegndalikan jumlah zat kapur di dalam darah dan tulang.
Di korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid, yang paling penting adalah kortisol, aldosteron dan androgen adrenal.
Dengan mempelajari sistem endokrin yang berperan dalam metabolisme kita dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja dari hormon-hormon yang mempengaruihi metabolisme dan gangguan yang diakibatkan dari kelainan mekanisme kerja hormon.

1.2          Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,  dapat di simpulkan berbagai masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimanakah mekanisme kerja hormon yang terdapat dalam kelenjar yang berperan dalam metabolisme?
2.         Bagaimanakah gangguan atau kelainan yang terjadi di kelenjar yang berperan dalam metabolisme?

1.3         Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan endokrin dalam metabolisme

1.3.2        Tujuan Khusus
1)        Mengetahui kelenjar yang berperan dalam metabolisme
2)        Mengetahui kelainan yang disebabkan oleh kelenjar yang berperan dalam metabolisme

1.4         Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita mengenai sistem endokrin terutama peranannya dalam metabolisme













BAB II
I S I

2.1         SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Bab ini berfokus pada aspek peran endokrin dalam metabolisme.
System endokrin meliputi:
1.      Reseptor yang berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh
2.      Integrator (dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)
3.      Organ efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel
4.      Hormon yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel
Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor yang di inginkan.
Hormon umumnya dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.
2.1.1         Konsep Utama Hormon:
1)        Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia, bergerak melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan, atau bertindak lebih lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu efek lebih lokal.
2)        Kebanyakan hormon ada dalam cairan tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil, tergantung pada kebutuhan tubuh.
3)        Hormon bereaksi dengan berinteraksi dengan reseptor afinitas tinggi, yang pada gilirannya dihubungkan dengan satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa reseptor hormon yang terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui mekanisme pembawa pesan kedua, dan lain-lain berada dalam sel, di mana mereka demodulasi sintesis enzim, transpor protein, atau struktural protein.
2.1.2         Klasifikasi Hormon
1)        Peptida/ Protein
Merupakan kelompok terbesar dan diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian besar dibentuk sebagi pro hormon peptide yang berasal dari pre pro hormon menghasilkan pro hormon, kemudian pepetida itu selanjutnya di pecahkan di apparatus golgi membentuk hormon.
Contoh :  peptida, polipeptida, glikoprotein, dan protein, dapat sekecil thyrotropin releasing hormon (TRH), yang mengandung tiga asam amino, sebagian besar dan kompleks sebagai hormon pertumbuhan (GH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) , yang memiliki sekitar 200 asam amino. Glikoprotein adalah hormon peptida besar yang terkait dengan karbohidrat (misalnya, FSH)
2)      Amina
Derivet asam amino tirosin, yang di sekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar adrenal (catecholamines).
Contoh : norepinefrin dan epinefrin, yang berasal dari asam amino tunggal (yaitu, tirosin), dan hormon tiroid, yang berasal dari dua iodinasi residu asam amino tirosin.

3)      Steroid
Terdiri dari hormon steroid, yang merupakan turunan dari kolesterol, tererdifusi melewati membran sel, reseptor dalam sel
4)      Turunan Asam Lemak
Sekelompok senyawa yang memiliki aksi mirip hormon
Contoh : Eicosanoids diantaranya asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan berlimpah dari berbagai eicosanoid. Yang paling penting dari eicosanoids adalah prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan
Retinoid (misalnya, asam retinoat) juga berasal dari asam lemak dan memiliki peran penting dalam mengatur aksi reseptor inti.

Kelas Hormon Berdasarkan Struktur
Amina dan Asam Amino
Peptida, polipeptida, dan Protein
Steroid
Senyawa Asam Lemak
Dopamin
Epinefrin
Norepinefrin
Hormon  Tiroid

Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Growth hormone–releasing hormone (GHRH)
Thyrotropin-releasing hormone (TRH)
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Growth hormone (GH)
Antidiuretic hormone (ADH)
Oxytocin
Insulin
Glucagon
Somatostatin
Calcitonin
Parathyroid hormone
Aldosterone
Glucocorticoids
Estrogens
Testosterone
Progesterone
Androstenedione
1,25-Dihydroxyvitamin D
Dihydrotestosterone (DHT)
Dehydroepiandrosterone (DHEA)
Eicosanoids
Retinoid

Hampir semua peptida dan katekolamin bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan hormon tiroid bersifat hidropfobik.
2.1.3         Siklus kerja Hormon :
1)        Hidrofilik, bereaksi dengan reseptor pada membran dan mengaktifkan pesan kedua ( Second messenger ), karena tidak dapat menembus dua lapisan lemak yang memebentuk membran sel. (Gbr. 1, A hidrofolik)
2)        Hidrofobik, bereaksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus dua lapisan lipid dari membran sel, umumnya reseptor berperan sebagai faktor transkripsi dan mempengaruhi ekspresi gen. (Gbr. 1, A hidrofobik)
(Gbr. 1, A dan B)

















2.1.4         Pengaturan Sekresi Hormon
1)        Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik di-”on atau off”-kan oleh perubahan fisiologi yang spesifik.
Hormon dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down- regulation (penurunan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan penurunan sensifitas pada hormone)
2)        Umpan Balik Positif
Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan sel lebih sensitif terhadap hormon tertentu, Sangat jarang terjadi.
2.1.5         Pengaturan Metabolisme Oleh hormon
1)        Hormon kelenjar Tiroid :
a.         Mempertahankan keseimbangan energi metabolik
b.        Merupakan pencetus untuk fungsi normal dari semua sel termasuk sel otot janung, dan
c.         Menunjang proses tumbuh / growth dan perkembangan sejak bayi’
2)        Stimulasi sekresi hormon Kortisol oleh Korteks Adrenal
a.         Kadar glukosa darah à Hypothalamus mensekresikan CRH (corticotropin-releasing hormon) à Anterior pituitary cel mensekresikan ACTH (adrenocorticothropic hormon) à Korteks Adrenal mensekresikan Kortisol (dan glukokortikoid lainnya)
[ Kortisol mencegah uptake glukosa oleh sel – sel otot]


b.        Jalur pengaturan Umpan Balik Negatif :
a)        Kortisol menghambat sekresi ACTH oleh Korteks Adrenal
b)        Kortisol juga menghambat sekresi CRH dari Hypothalamus
3)        Peran pulau – pulau Langerhans Pankreas dalam Metabolisme :
a.         Sel – sel alfa mensekresikan glukagon, sedang sel – sel beta menghasilkan insulin.
a)        Insulin menurunkan kadar glukosa darah melalui pengaktifan sel tertentu untuk uptake glukosa, merangsang otot dan hati untuk meningkatkan sinteis glikogen (glikogenesis) dari glukosa.
b)        Glokagon meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang hati untuk mengubah glikogen menjadi glukosa dan menstimulasi konversi asam lemak dan asam amino menjadi glukosa (glukoneogenesis).
c)        Sekresi insulin dan glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah.
d)       Insulin-glukagon merupakan sistem tercepat untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas – batas normal secra ketat
e)        Diabetes militus :
1.         Type II = Reseptor insulin tidak dapat mengikat hormon
2.         Type I = Penurunan jumlah sel – sel beta à kekurangan insulin, memerlukan suntikan insulin.


2.2         Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu – kupu.  (Gbr. 2)
Kelenjar Tiroid
(Gbr. 2)
Dalam keadaan normal kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter merabanya dengan mudah dan suat benjolan bisa tampak dibawah atau disamping jakun.
Kelenjar tiroid, menghasilkan hormon tiroid dan kalsitonin (dari sel – sel C), yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. (Gbr.3)











(Gbr.  3)
 



Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :
1.         Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2.         Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan sel
Jika sel – sel bekerja keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid memerlukan yodium, yaitu satu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan thyrotropin-releasing hormon yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormon (TSH), sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang , maka kelenjar hipofisa akan mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk :
1.         Tiroksin (T4) merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2.         Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan sekitar 80 % bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 didalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tatap setabil.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerja sama secara kenar :
1.         Hipotalamus
2.         Kelenjar hipofisis
3.         Kelenjar hipofisa
4.         Hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).

2.2.1   Fungsi dari hormon-hormon tiroid
1)        Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testes
2)        Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
3)        Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
4)        Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
5)        Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
6)        Merangsang pembentukan sel darah merah
7)        Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme
8)        Bereaksi sebagai antagonis insulin
9)        Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Meningkatnya pelepasan hormon tiroid, akan menyebabkan hipertiroidism, yang juga disebut penyakit Graves.
Gejala penyakit Graves :
1.         Tidak bisa tidur dan gampang lelah
2.         Hipertensi / darah tinggi
3.         Tidak tahan panas
4.         Kehilangan berat badan












2.3         Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon (PTH).
Apabila paratiroid dihilangkan atau rusak, menyebabkan hipokalsemia
2.3.1   Fungsi kelenjar Paratiroid
1)        Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau parathormon (PTH).
2)        Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh.
3)        Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan reabsorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH

Berikut ini adalah perbedaan antara hormon tiroid dan paratiroid.
 






2.4         Kelenjar Adrenal
Di dalam tubuh terdapat dua kelenjar adrenal, masing-masing mempunyai berat ± 4 gram. Kelanjar ini terletak di kutub superior ginjal, secara anatomis kelanjar adrenal dibedakan atas:
                    
2.4.1   Medulla Adrenal
Adrenal medulla adalah kelenjar adrenal bagian dalam yang menempati 20% dari kelenjar adrenal, ormone-hormon yang dihasilkan adalah:
1)        Epinefrin (80%)
Epinefrin menimbulkan efek yang kurang lebih sama dengan nor-epinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah:
a.         Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 – 10 kali lebih besar daripada nor-epinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap jantung juga menjadi lebih besar.
b.        Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah dalam otot lebih lemah dibanding nor-epinefrin.
2)        Nor-epinefrin (20%)
Nor-epinefrin yang ada dalam sirkulasi darah menyebabkan konstriksi seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas jantung, penghambatan saluran gastrointestinal, dan pelebaran pupil mata.

2.4.2   Korteks Adrenal
1)        Zona Glomerolusa
Zona ini secara eksklusif memproduksi mineralokortikoid, terutama aldosterone, efek aldosteron adalah meningkatkan jumlah natrium dan menurunkan jumlah kalium dalam cairan ekstraseluler, selama proses pembentukan urine.


Efek berlebihnya kadar aldosteron:
a.         Menyebabkan hipokalemia, yaitu keadaan menurunnya konsentrasi kalium dalam plasma darah sampai di bawah nilai normal.
b.        Penderita mengalami kelemahan otot yang berat.
Efek rendahnya kadar aldosteron:
a.         Konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluler meningkat sampai jauh di atas nilai normal.
b.        Peningkatan 60 – 100% dari nilai normal menyebabkan keracunan jantung.  Peningkatan di atas itu, menyebabkan gagal jantung.
2)        Zona Fasikulata
Zona ini mensintesis glukokortikoid, terutama kortisol.
Peran kortisol:
a.         Mengontrol metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
b.        Membantu menolak efek destruktif dari stres mental dan fisik.
Kortisol yang berlebih menyebabkan timbulnya sindrom Cushin yang ditandai oleh:
a.         Meningkatkan kadar glukosa darah (hiperglikemia), menurunnya protein, dan meningkatnya timbunan lemak.
b.        Glukosa tercampur dalam urine (glukosuria),  mirip dengan DM sehingga disebut  ‘Diabetes Adrenal’.
c.         Sebagian glukosa diendapkan sebagai lemak tubuh di atas bahu dan wajah, sehingga disebut ‘punuk kerbau’ (buffalo hump) dan ‘muka bulan’ (moon face).
3)        Zona Retikularis
Zona ini menghasilkan hormon seks adrenal (androgen dan estrogen) yang identik dengan yang dihasilkan gonad. Namun androgen dan estrogen adrenal ini tidak cukup kuat untuk menimbulkan efek maskulinitas dan feminitas.
Beberapa kelainan terkait dengan meningkatnya androgen adrenal.
a.         Maskulinitas pada wanita dewasa, tanda-tanda:
1.          Hirsutisme yaitu mengalami pola pertumbuhan rambut tubuh pria.
2.          Suara berat
3.          Otot lengan dan tungkai berkembang
4.          Payudara mengecil
5.          Menstruasi mungkin terhenti
b.        Pseudohermafroditisme pada bayi perempuan yang ditandai dengan pertumbuhan genetalia eksternal pria.
c.         Pubertas prekoks pada anak laki-laki pra-pubertas.
1.          Sekresi androgen adrenal tidak disertai dengan pembentukan sperma atau aktivitas gonad karena testis masih berada dalam status pra-pubertas non-fungsional.
2.          Gejala pubertas prekoks, antara lain:
a)        Suara menjadi berat
b)        Tumbuh jenggot
c)        Penis membesar

2.4.3   Contoh Regulasi dari Metabolisme Glukosa selama Olahraga
1)        Sekresi glukagon meningkat selama olahraga untuk mendorong pemecahan glikogen hati (glikogenolisis)
2)        Kadar kortisol juga meningkat selama olahraga, untuk katabolisme protein, untuk glukoneogenesis selanjutnya
3)        Hormon pertumbuhan memobilisasi asam lemak bebas
4)        Tiroksin mendorong katabolisme glukosa
5)        Ketika intensitas olahraga meningkat, begitu pula dengan tingkat pelepasan katekolamin untuk glikogenolisis
6)        Selama olahraga, tingkat pelepasan glukosa, sangat tepat dengan kebutuhan otot
7)        Ketika kadar glukosa menurun, kadar glukagon dan kortisol meningkat secara signifikan untuk meningkatkan glukoneogenesis.
8)        Glukosa tidak hanya harus diantar ke sel, tetapi juga harus diambil oleh sel.  Tugas tersebut dilakukan oleh insulin
9)        Olahraga dapat meningkatkan pengikatan insulin pada reseptor dalam serabut otot
10)    Up-regulation terjadi dengan insulin setelah 4 minggu olahraga, untuk meningkatkan sensifitasnya
11)    Ketika kadar glukosa plasma rendah, katekolamin dilepaskan untuk mempercepat lipolisis
12)    Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas oleh lipase, yang diaktivasi oleh:
a)        Kortisol
b)        Epineprin
c)        Norepineprin
d)       Hormon pertumbuhan










2.5         HORMON PERTUMBUHAN (GH)
Hormon pertumbuhan atau yang biasa disebut dengan GH (Growth Hormon) adalah suatu hormon anabolik yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan serta metabolisme tubuh manusia, antara lain :
1)         Metabolisme karbohidrat. 
Hormon pertumbuhan memiliki efek antagonis terhadap insulin sehingga meningkatkan kadar gula dalam darah, yang nantinya akan meningkatkan proses konversi karbohidrat menjadi protein.
2)         Metabolisme lemak.
Hormon pertumbuhan akan meningkatkan penguraian lemak tubuh menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga kadar lemak dalam darah meningkat.
3)       Metabolisme mineral.
Hormon pertumbuhan meningkatkan kadar kalsium, magnesium serta fosfat sehingga merangsang pertumbuhan panjang dari tulang keras dan pertumbuhan tulang rawan terutama pada anak-anak.














Bab iii
penutup
3.1         Kesimpulan
Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, . Kelenjar yang berperan dalam metabolisme diantaranya Kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan kelenjar adrenal.
Kelenjar-kelenjar yang berperan dalam metabolisme ini terletak di kanan dan kiri trakhea untuk kelenjar tiroid dan paratiroid, sedangkan kelenjar adrenal terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal. Dengan kita mempelajari sistem endokrin terutama peranannya dalam metabolisme kita bisa mencegah  hal-hal yang dapat mengganggu metabolisme didalam  tubuh kita yakni akan seimbang.



















DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada 20 Septeptember 2012 :

Diakses pada 21 September 2012 :