BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit
inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendisitis dan
divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada
apendiks diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease merupakan
penyakit inflamasi pada saluran cerna terutama kolon. Keduanya merupakan
penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda. Appendisitis disebabkan
terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena terjepitnya
apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang terlalu keras
dan membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk tonjolan-tonjolan
divertikula dan divertikula ini yang kemudian bila sampai terjepit atau
terbuntu akan mengakibatkan diverticulitis.
Insiden
apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu
100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini
mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang berubah
menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang
terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat
remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa.
Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada sebagian besar Negara
barat dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika Serikat sekitar 10%. Dan
lebih dari 50% pada pemeriksaan fisik orang dewasa pada umur lebih dari 60
tahun menderita penyakit ini.
Apendisitis
termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu
tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran tidak hanya sebagai care
giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan pada pasien yang
sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor, promosi
kesehatan yang tepat akan menurunkan tingkat kejadian penyakit ini.
Sehingga
makalah ini di susun agar memberi pengetahuan tentang penyakit apendisitis
sehingga mahasiswa calon perawat dapat lebih mudah memahami tentang pengertian,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, asuhan keperawatan, penatalaksanaan
medis pada pasien dengan apendisitis.
1.2 Rumusan Masalah
1
Bagaimanakah konsep apendisitis ?
2
Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?
1.3
Tujuan
1.3.2 Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada
apendisitis.
1.3.2 Tujuan khusus
1.
Mengidentifikasi definisi dari apendisitis
2.
Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
3.
Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
4.
Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
5.
Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis
1.4 Pembatasan
Masalah
Pada penyusunan makalah ini penulis
hanya melakukan studi perpustakaan dan asuhan keperawatan berdasarkan teori
mengenai apendisitis secara umum. Apendisitis
yang dibahas hanya mengenai definisi, penyebab, pathway, terapi medis dan asuhan
keperawatan yang berdasarkan analisa NANDA, intervensi (NIC) dan Tujuan (NOC) terhadap apendisitis.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusa masalah
1.3 Tujaun
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2
Tujuan Khusus
1.4 Pembatasan
Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Penyebab
2.3 Pathway
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Klasifikasi Apendisitis
2.6 Terapi Medis
BAB III : PENGKAJIAN
3.1 Anamnesa
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.4 Analisa Data
3.5 Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA
3.6 Tujuan Keperawatan Menurut NOC
3.7 Intervensi Keperwatan Menurut NIC
3.8 Evaluasi
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Rencana Tindak Lanjut
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Apendisitis
adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendiksitis
merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan
iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995) .
Apendiksitis
adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai
aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendisitis
adalah inflamasi vermiformis (umbai cacing) paling sering pada penyakit bedah
abdomen mayor dan fatal bila tidak ditangani akan timbul gangren dan perforasi
dalam 36 jam (kimberly,2007)
2.2 Penyebab
Beberapa
yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan pada
apendisitis diantaranya:
1. Benda
asing
2. neuplasma
3. Ulserasi
mukosa
4. Massa
feses
5. Striktur
6. Barium
mealinfeksi virus.
2.4 Manifestasi Klinis
- Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
- Anoreksia
- Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
- Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
- Nyeri lepas.
- Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
- Konstipasi.
- Diare.
- Disuria.
- Iritabilitas.
- Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
2.5 Klasifikasi Apendisitis
2.5.1 Apendisitis
akut
Apendisitis akut adalah : radang pada
jaringan apendiks. Apendisitis akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang
selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab
obstruksi dapat berupa :
1.
Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda
asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer
sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada
dinding apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2.5.2 Apendicitis
Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang
ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi
serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada
appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri
pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
2.5.3 Apendisitis
kronik
Diagnosis
apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat : riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendektomi.
Kriteria
mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik
antara 1-5 persen.
2.5.4 Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada
riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan
apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila
serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak
perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut.
Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis
rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan
apendektomi karena sering penderita datang dalam serangan akut.
2.6 Terapi Medis
Penatalaksanaan
apendiksitis menurur Mansjoer :
2.6.1 Sebelum operasi
- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
- Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
- Rehidrasi
- Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
- Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
- Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2.6.2 Operasi
1.
Apendiktomi.
2.
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi
bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3.
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya
mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
2.6.3
Pasca
operasi
1.
Observasi TTV.
2.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
3.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
4.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan, selama pasien dipuasakan.
5.
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada
perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
6.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan
menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
7.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.
8.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar
kamar.
9.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
1.
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh
masih tinggi
2.
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah
masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
3.
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada
hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan,
karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan
dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka
lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan
massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
1.
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat
sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
2.
Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda
peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
3.
Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
BAB III
PENGKAJIAN
3.1 Anamnesa
Dari
data demografi kita akan mengetahui mengenai Nama, Umur : sering terjadi pada
usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan,
Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
Wawancara dapatkan
riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai Keluhan utama klien akan
mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat
atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat
kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang. Diet, kebiasaan
makan makanan rendah serat, Kebiasaan eliminasi.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik klien
apendisitis akan menemukan:
- Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/ berat.
- Sirkulasi : Takikardia.
- Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
- Aktivitas/istirahat : Malaise.
- Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
- Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
- Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
- Demam lebih dari 38oC.
- Data psikologis klien nampak gelisah.
- Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
- Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
- Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat di berikan pada klien apendisitis:
1.
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis
permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
2.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat.
3.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada
ginjal.
4.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
5.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
6.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks
nonperforasi, abses apendiks.
3.4 Analisa Data
Data
Subyektif
|
Data
Obyektif
|
1.
Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikus kemudian menjalar
ke bagian perut bawa
2.
Rasa sakit hilang timbul
3.
Mual, muntah
4.
Diare atau konstipasi
5.
Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
6.
Rewel dan menangis
7.
Lemah dan lesu
8.
Suhu tubuh meningkat
|
1.
Nyeri tekan titik MC.Burne
2.
Bising usus meningkat, perut kembung
3.
Suhu
meningkat, nadi cepat
4.
Hasil leukosit meningkat 10.000 – 12.000 /ui
dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi
|
3.5 Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya
muncul pada klien dengan appendicitis adalah :
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ; Trauma jaringan ; Dstensi jaringan usus oleh inflamasi.
- Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ; Kehilangan volume cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ; Pembatasan pasca operasi (puasa).
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan Ingesti ; Digesti ; Absorbsi.
- Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan dilakukannya operasi.
- Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; Prosedur invasive (insisi bedah).
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ; Keterbatasan kognitif.
3.6 Tujuan Keperawatan Menurut NOC
1
Mengurangi/penegndalian nyeri
2
Mempertahankan keseimbangan cairan
3
Memenuhi kebutuhan nutrisi
4
Mengurangi kecemasan
5
Menghindari infeksi
6
Memberikan pendidikan kesehatan
3.7 Intervensi Menurut
NIC
1.
Mengurangi/pengendalian nyeri
·
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan.
·
Observasi ketidaknyamanan non verbal
·
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir
dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
·
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
·
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik
relaksai saat nyeri.
·
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Mempertahankan
keseimbangan cairan
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
·
Monitor vital sign dan status hidrasi.
·
Monitor status nutrisi
·
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin
dan waktu pembekuan.
·
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai
terapi.
·
Atur kemungkinan transfusi darah.
3. Memenuhi
kebutuhan nutrisi
·
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
·
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
asupan.
·
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya.
·
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan
muntah.
·
pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
4. Mengurangi
kecemasan
·
Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur
dan tujuan dilakukan tindakan pembedahan.
·
Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan
dikerjakan.
·
Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan
klien.
·
Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien.
5. Menghindari
infeksi
·
Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptic.
·
Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda
infeksi.
·
Memberikan antibiotic sesuai indikasi.
6. Memberikan
pendidikan kesehatan
·
Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya.
·
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
tindakan dan perkembangan kondisi klien.
3.8 Evaluasi
1.
Melaporkan berkurangnya nyeri
·
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
·
Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
2. Cairan tubuh
seimbang
·
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT normal.
·
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
·
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor
kulit, membran mukosa lembab.
·
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
3. Nutrisi
terpenuhi
·
Mempertahankan berat badan.
·
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
·
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
·
Turgor kulit baik.
4. Kecemasan
berkurang
·
Klien tampak tenang
·
Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan
prosedur tindakan yang akan dilakukan
5.
Menunjukan tidak ada tanda infeksi
·
Luka sembuh tanpa tanda infeksi
·
Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
6. Menyatakan pemahaman
tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.
Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau
sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya
banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas
jaringan/insisi bedah.
2.
Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan muntah , Kehilangan volume cairan secara aktif
3.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan gangguan Ingesti ; Digesti ; Absorbsi
4.
Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan.
5.
Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
6.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang
terpaparnya informasi.
4.2 Rencana Tindak Lanjut
Berikan pasien dan orang terdekat informasi verbal
dan tertulis mengenai hal berikut :
1.
Obat-obatan,
termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan, interaksi obat-obatan
dan makanan/obat dan potensial efek samping
2. Perawatan insisi, termasuk penggantian balutan dan
pembatasan mandi bila tepat
3. Indikator-indikator infeksi : demam, mengigil, nyeri
insisi, kemerahan, bengkak dan keluar drainase purulent
4. Kewaspadaan pasca bedah : menghindari mengangkat
objek berat (.>4,5 kg) selama 6 minggu pertama.
5. Menghindari enema untuk beberapa minggu pascaoprasi. Waspadakan
pasien tentang perlunya memeriksa pada dokter sebelum melakukan enema.
DAFTAR
PUSTAKA
Kowalaka,dkk.2012.Buku
Ajar Patofisiologi.Jakarta:Penerbit EGC
Kimberty.A.J.2012.Kapita Selekta
Penyakit dengan Implikasi Keperwatan.
Jakarta:Penerbit EGC
Smeitzer,suzanne.c.brenda.2006.Buku
Ajar Keperwatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta: Penerbit EGC
Gleadle,Jonathan.2007.At a Gleance
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :Penerbit Erlangga
Wilkinson,Judith M.2012. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :Penerbit EGC
Doenges,Marilynn E.2005.Rencana
Asuhan Keperwatan.Jakarta:Penerbit EGC
Perry & Potter. 2006. Fundamental Keperawatan volume 2.
Jakarta :Penerbit EGC.
Herdman.T.Heather.2012.Nanda
Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:
Penerbit EGC
Welsby P.D.2010.Pemeriksaan Fisik dan
Anamnesa Klinis.Jakarta: Penerbit EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar