Senin, 06 Mei 2013

MATERI CAIRAN DAN ELEKTROLIT



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan  asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai  seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam  memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah :  a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan  b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Dengan selelsai makalah ini dapat membuka wawasan begitu pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh kita dan sangat berperan daalah proses homeostatis.
1.2.2        Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh .
b.      Menegtahui manfaat dan tujuan cairan dalam tubuh .
c.       Menegtahui proses keseimabnagan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
d.      Menegtahui masalah-masalah yang di timbulkan dari ke abnormalan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
1.3   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh?
2.      Proses apa saja yang terjadi dalam cairan dan elektrolit?
3.      Bagaiaman mekanisme terjadinya homeostatis dalam cairan dan elekrolit?
4.      Kelaianan apa saja yang disebabkan dari cairan dan elektrolit?











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2  Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
                 Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dari BB.
2.2.2  Sumber air tubuh
Sumber
Jumlah
Air minum
1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makana
700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh
200 ml/hari
Jumlah
2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.2.3  Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.


2.3  Fungsi cairan
1.    Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2.  Transport nutrien ke sel
3.   Transport hasil sisa metabolisme
4.  Transport hormon
5.   Pelumas antar organ
6.   Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

2.4  Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal  dari  minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1.      Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler  dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2.      Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.  
2.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.      Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal
2.      Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3.      Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas   tidak    akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,  IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4.      Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan     maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5.      Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.


6.      Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita    diare  juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan   dikeluarkan dalam jumlah yang cukup  untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit   serta   kadar   asam   dan   basa   dalam   tubuh. Apabila   asupan   cairan   banyak,   ginjal   akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan   meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan      produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi  natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal   untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
7.      Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan   elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8.      Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat    menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist   cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga    kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9.      Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan    beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan   berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
2.6  Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1.      Difusi
         merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2.      Osmosis
        merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3.      Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan  intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1.       Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2.      Fase II :
 Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3.      Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

  2.7  Pengaturan cairan
         Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1.      Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
            Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
            Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2.       Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.

3.      Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
2.8   Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1.       Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2.      Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3.       Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4.      Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9  Pengaturan elektrolit
1.    Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.  ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel  melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi  ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2.   Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3.    Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid  mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+  tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4.    Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.  Sumber  magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5.    Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6.    Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
7    Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
2.9.1        NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairan dan elektrolit
Nilai normal dalam tubuh
-      Potasium [K+]
-      Sodium [Na+]
-      Kalsium [Ca2+]
-      Magnesium [Mg2+]
-      Fosfat [PO42-]
-      Klorida [Cl-]
-      Bikarbonat [HCO3]
3.5 – 5 mEq/L
135 – 145 mEq/L
8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
1.5 – 2.5 mEq/L
2.7 – 4.5 mg/dl
98 – 106 mEq/L
24 – 28 mEq/L


2.10 Gangguan  Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
1.      Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan   isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit   hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar    terjadi  ketika  kehilangan cairan tidak diimbangi  dengan perubahan kadar elektrolit dalam  proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas    serum. Berdasarkan  hal  tersebut, terdapat empat  kategori  ketidak seimbangan cairan,  yaitu :
a.         Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b.         Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c.         Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d.        Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2.      Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan  cairan   dan  elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan   perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan   intraseluler. Secara umum, defisit  volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan   cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah  untuk mengembalikanya ke   lokasi semula dalam  kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari  lokasi  intravaskuler  menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu,  kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3.      Defisit Cairan
Faktor Resiko
1.      kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2.      ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah  

4.      Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan     cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,      terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari  sel  dan  kompartemen interstitial  menuju ruang vascular. Kondisi ini  menybabkan  gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi.   Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki   proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan   air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan  hipertonik   juga   meningkatkan  jumlah solute dalam aliran darah.
5.      Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan   terjadi  apabila   tubuh   menyimpan   cairan   dan   elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir   selalu   disebabkan  oleh  penungkatan   jumlah   natrium  dalam serum. Kelebihan cairan terjadi  akibat  overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.   Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a.      Asupan natrium yang berlebihan
b.      Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c.       Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d.      Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1.  Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2.  Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat



6.      Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen  ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering  terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,     tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan   produksi cairan  interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a.       Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b.      Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis.,  hipervolemia, obstruksisirkulasi   vena) yang menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c.       Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan  penekanan pada area yang bengkak.  Cekungan unu  terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.



DAFTAR PUSTAKA


Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan  & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi  Edisi 4. Jakarta: EGC

1 komentar: