BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sel-sel
hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal
sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan asam
basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormaliasai seperti penyakit atau
trauma.
Menjaga
agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil
adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya
cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran
kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan
manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan
minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh
adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara
umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai
lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk
mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih
kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan
tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan
dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan
tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada
massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah : a.Cairan intrasel
(CIS) 40 % dari berat badan b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat
badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan
cairan interstisil 15 % dari berat badan.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Dengan selelsai makalah ini
dapat membuka wawasan begitu pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh kita
dan sangat berperan daalah proses homeostatis.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a.
Mengetahui mekanisme kerja cairan dan
elektrolit dalam tubuh .
b.
Menegtahui manfaat dan tujuan cairan dalam
tubuh .
c.
Menegtahui proses keseimabnagan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
d.
Menegtahui masalah-masalah yang di timbulkan
dari ke abnormalan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh?
2. Proses
apa saja yang terjadi dalam cairan dan elektrolit?
3. Bagaiaman
mekanisme terjadinya homeostatis dalam cairan dan elekrolit?
4. Kelaianan
apa saja yang disebabkan dari cairan dan elektrolit?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan
intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh
(total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia
juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan
airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun
60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan
untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita
47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan
wanita 46 % dari BB.
2.2.2
Sumber air tubuh
Sumber
|
Jumlah
|
Air minum
|
1.500 – 2.000
ml/hari
|
Air dalam
makana
|
700 ml/hari
|
Air dari
hasil metabolisme tubuh
|
200 ml/hari
|
Jumlah
|
2.400 – 2.900
ml/hari
|
Air memiliki molekul yang kecil,
sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa elektron) sehingga berkohesi
satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta air adalah pelarut
yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat
arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh
selalu diupayakan konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah
air yang masuk.
2.2.3 Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.
2.3 Fungsi cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan
pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam
sistem kardiovaskuler
2.4 Keseimbangan cairan
Keseimbangan
cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200
ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan
melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 –
1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip
dasar keseimbangan cairan:
1.
Air bergerak melintasi membran sel
karena osmolaritas cairan interseluler
dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa
menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2.
Membran sel hampir sangat impermeabel
terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler
atau intraseluler tetapi konstan,
kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen
ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi
cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
osmolaritas cairan intraseluler.
2.5 Faktor yang
memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia.
Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan
memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang
juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi
dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju
metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh
terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan
proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang
ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible
water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap
individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan
usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan
cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak
dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi
urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan
cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan
cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun,
tubuh akanmelakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi
retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta
kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan
cairan banyak, ginjal
akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi
urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal
untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200
ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder
terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun
laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu,
penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan
cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.
2.6 Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme
pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1.
Difusi
merupakan
proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2.
Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air,
melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transpor
aktif
Proses
transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan
intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih
tinggi pada cairan intraseluler dan
kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam
tiga fase yaitu :
1.
Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2.
Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel
3.
Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.
2.7 Pengaturan cairan
Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja
tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan
tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan
dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar
sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem
kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan
paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan.
Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang
di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan
fungsinya.
1.
Rasa
dahaga
Mekanisme
rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang
pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang
dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertangguang
jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus,
mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang
dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH
di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
3. Aldosteron
Hormon
ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat
efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
2.8 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran
cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1.
Ginjal
Merupakan
pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring
setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2.
Kulit
Hilangnya
cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas
otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible
Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3.
Paru-paru
Menghasilkan
IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4.
Gastrointestinal
Dalam
kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar
100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9 Pengaturan elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan
kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion
natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan
konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan
kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler
dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein,
pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat
diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan
konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan
ekstrasel. Nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling
banyak dalam tubuh, berguna
untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah,
serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+
tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus
dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui
keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan
kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber
magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5
mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat
pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan
dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah.
Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan
klorida oleh hormin aldosteron.
Normalnya
sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3
adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan
intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi
keseimbangan asam basa.
Biknat diatur oleh ginjal.
7 Fosfat
Merupakan
anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa.
Pengaturan oleh hormon paratiroid.
2.9.1
NILAI-NILAI NORMAL
Jenis cairan dan elektrolit
|
Nilai normal dalam tubuh
|
-
Potasium [K+]
-
Sodium [Na+]
-
Kalsium [Ca2+]
-
Magnesium [Mg2+]
-
Fosfat [PO42-]
-
Klorida [Cl-]
-
Bikarbonat [HCO3]
|
3.5 – 5
mEq/L
135 –
145 mEq/L
8.5 –
10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
1.5 –
2.5 mEq/L
2.7 –
4.5 mg/dl
98 –
106 mEq/L
24 – 28
mEq/L
|
2.10 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi
dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang
seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar
terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas
serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a.
Kehilangan cairan dan elektrolit
isotonik
b.
Kehilangan cairan (hanya air yang
berkurang)
c.
Penigkatan cairan dan elektrolit
isotonis, dan
d.
Penigkatan osmolal (hanya air yang
meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi
ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam
jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi
ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit
volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat
cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya
cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1.
kehilangan cairan berlebih (muntah,
diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis :
kehilangan berat badan
2.
ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia,
mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis :
penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga
ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan
kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpindah dari
sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan
gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus
atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga
beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan
diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan
cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan
hipertonik juga meningkatkan
jumlah solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan
(Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi
apabila tubuh menyimpan
cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler
dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan
oleh penungkatan jumlah
natrium dalam serum. Kelebihan cairan
terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara
lain :
a.
Asupan natrium yang berlebihan
b.
Pemberian infus berisi natrium terlalu
cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi
cairan.
c.
Penyakit yang mengubah mekanisme
regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal,
sirosis hati, sindrom Cushing
d.
Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan
cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda
klinis : penambahan berat badan
2. Asupan
cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda
klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan,
jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik.
Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm
ruang interstitial (Edema). Edema yang sering
terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local
atau menyeluruh, tergantung pada
kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan
interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a.
Permeabilitas kapiler meningkat
(mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari
kapiler menuju ruang interstisial).
b.
Peningkatan hidrostatik kapiler
meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang
menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c.
Perpindahan cairan dari ruangan
interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang
meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu
terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan
sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang
disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi
cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
DAFTAR PUSTAKA
Potter
& Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan
“Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin,
Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum
Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC
alhamdulillah ,, nemu juga tugas.a
BalasHapus